Perbaiki Diri, Niat dan Hati Mesti Sejalan Karena Perbuatan Baik Bisa Runtuh

May 31, 2021, oleh: superadmin-mip

Yogyakarta (31/5) – Seperti yang tercantum dalam kalimat fastabiqul khairat dalam surat Al – Baqarah ayat 148 dan Al – Maidah Ayat 48 bahwa berlomba – lomba dalam kebaikan itu bukan semata – mata hanya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih di dunia, namun lebih kepada bagaimana kita mendekatkan diri dengan Allah secara lahir dan batin. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Program Studi Ilmu Agama Islam UMY Dr. Moh. Samsudin, S.Ag., M.Pd dalam memperingati Syawalan pada Kamis (27/5) kemarin.

Fastabiqul khairat atau berlomba – lomba dalam kebaikan tidak dapat dilakukan secara sempurna jika berdasarkan niat saja, tentu ada system atau manajemen yang baik agar perbuatan baik itu menjadi sebuah representasi dari akhlakul karimah. Dalam penyampaiannya, Dr. Moh Samsudin menyebutkan bahwa ada beberapa perbuatan – perbuatan yang harus kita waspadai ketika ingin mengubah diri menjadi lebih baik.

Pertama, keinginan berbuat dosa lalu bertaubat. Ketika seseorang telah memikirkan untuk berbuat dosa namun berencana untuk bertaubat setelahnya itu adalah sesuatu yang harus diwaspadai. Hal tersebut datangya jelas dari syaithon. Kedua, memiliki ilmu tetapi tidak diamalkan “Sebagian orang itu memiliki benih tetapi tidak ditanam, maka sebenarnya itu akan rusak dan merusak dirinya” ujarnya. Baginya ilmu yang diamalkan seperti pohon yang tumbuh namun tidak berbuah atau tidak memberikan manfaat.

Ketiga, beramal tetapi tidak ikhlas. Ada ungkapan dari Al – Ghazali bahwa semua orang itu akan mati kecuali para ulama dan orang – orang yang berilmu (professor, doctor, guru dan lain – lainnya) “Nah orang yang berilmu itu gak akan ada apa – apanya kecuali dengan ikhlas. Mengajar itu kalo yang diitung cuma jumlah kehadiran apalagi jam mengajar yah itu repot lagi, rapat prodi kok rebutan jam ngajar. Ikhlas itu memang tidak mudah” tandasnya lagi.

Keempat, memakai rezeki Allah SWT tetapi tidak bersyukur. Hal ini jelas harus diwaspadai, karena seringkali manusia tidak peka terhadap nikmat yang Allah berikan. Bisa saja sesuatu yang tidak diberikan Allah SWT kepada kita adalah nikmat yang sesungguhnya. Seringkali juga manusia tidak ridha atas apa yang Allah SWT kita berikan sehingga manusia selalu merasa kurang dan tidak merasakan nikmat apapun dari-Nya. Dan terakhir adalah, kita sering mengunjungi orang mati namun tidak pernah belajar dari kematian tersebut. Sejatinya kematian itu sangat dekat, maka apapun yang terjadi dalam kehidupan harusnya semakin mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.

Dari beberapa perbuatan yang harus diwaspadai diatas, maka makna dari fastabiqul khairat tentu perlu dipahami lebih mendalam “Aku bertanya kepada rasulullah tentang perbuatan baik dan perbuatan dosa, beliau menjawab perbuatan baik itu adalah apa yang menganggu jiwa mu dan engkau tidak suka diketahui orang lain, tanyalah pada hatimu kata nabi. Perbuatan baik adalah akhlak yang baik dan perbuatan dosa itu rasa yang menganggu jiwa dan kamu tidak suka jika itu diketahui orang lain” jelasnya.

Dr. Moh Samsudin menyarankan untuk meminta pendapat dalam hati kita jika ingin berbuat sesuatu yang bersifat dosa, karena setiap orang telah memiliki rambu – rambu perbuatan didalam hatinya. Dan perbuatan baik atau mengubah diri itu harus dilakukan secara berulang – ulang “Kita harus jujur karena kita melakukan muhasabah diri, niat baik itu gak cukup. Artinya hal – hal baik itu gak cukup niatan saja tetapi harus dibantu dengan system yang mendukungnya” tambahnya lagi.